Batik pertama kali diperkenalkan di Bukittinggi oleh pedagang bernama Muhammad Yamin pada tahun 1906. Awalnya batik digunakan sebagai komoditas dagang dari Jawa dan diperkenalkan kepada penduduk setempat. Batik di Bukittinggi berkembang sebagai industri rumahan yang melibatkan banyak keluarga di daerah tersebut. Awalnya, batik hanya digunakan untuk keperluan pribadi atau sebagai hadiah dalam upacara adat. Seiring berjalannya waktu, permintaan meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri. Batik Bukittinggi memiliki ciri khas menggunakan warna yang cerah dan kontras seperti merah, hijau, kuning, dan biru dominan. Motif nya terinspirasi dari alam, bunga, daun, hewan, dengan symbol-simbol budaya Minangkabau.
Batik Bukittinggi memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Seperti mengandung ekspresi budaya dan identitas Minangkabau. Motif-motifnya mengandung makna religious serta memuat nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan keberagaman budaya. Selain digunakan sehari-hari, Batik Bukittinggi juga digunakan dalam upacara
adat yang berfungsi untuk memperkuat ikatan sosial. Melihat dari fungsi Batik ini, membuat keberadaannya sangat penting untuk dilestarikan saat ini.
Batik Bukittinggi merupakan warisan budaya yang kaya dan bernilai. Masuknya gaya hidup modern mempengaruhi keberadaan Batik di Bukittinggi. Untuk itu, batik memerlukan berbagai upaya untuk mengatasi berbagai tantangan dari perubahan zaman dan gaya hidup modern agar generasi sekarang tidak melupakan budaya lama. Di Bukittinggi, masyarakat lokal sudah membuat inovasi dalam memproduksi batik dalam bentuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Kegiatan ini selain melestarikan batik Bukittinggi, juga sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat setempat. Batik Bukittinggi juga memiliki potensi daya tarik dalam bidang wisata budaya dan bisa berkontribusi pada pengembangan sektor pariwisata. Pelestarian tidak hanya untuk nilai budaya, tetapi juga ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pada saat sekarang ini terdapat berbagai UMKM batik di Bukittinggi, salah satunya UMKM Batik yang ada di daerah Bukit Cangang Kayu Ramang. Di Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang ini terdapat 2 UMKM batik yang mempunyai ciri khasnya masing-masing. UMKM pertama bernama Batik Puti Bungsu. UMKM Puti Bungsu ini adalah sebuah UMKM batik yang dimulai tahun 2021. UMKM ini dijalankan oleh Ferry Rahmadian dan sang istri. Ferry yang berumur 46 tahun ini berpendidikan Seni Rupa di Institus Seni Indonesia Padang Panjang. Ferry memang hobi dan sudah menggeluti berbagai bidang kerajinan tangan dari tahun 1993 ketika bersekolah SMP dengan fokus mengubah sampah jadi kerajinan home industry. Hal ini diteruskan hingga sekarang beralih ke bidang lukis dan batik. Beberapa jenis karya yang sempat dijadikan kerajinan tangan home industry seperti membuat aksesoris kalung dan gelang dari batu kerikil yang menerapkan seni ukir, Lalu, membuat kerajinan bunga dari kantong kresek, dari tali rafia, botol plastik dan lain lain serta membuat pot bunga dari semen dengan cetakan dan pot
motif relief. Karya seni lainnya yaitu aneka kerajinan dari bambu seperti asbak, lampu meja, lampu taman dan lain lain. Sempat juga membuat kerajinan dari pipa pvc bekas yang dijadikan lampu taman, lampu meja, lampu teras, serta aneka aksesoris lainnya.
Kegiatan kerajinan ini melalui perjalanan panjang sebelum akhirnya sampai ke tahap sekarang yaitu fokus dalam pembuatan batik. Ferry memulai UMKM batik dengan mencakup semua jenis batik mulai dari batik cap/stempel dengan beberapa cap telah dibuat mandiri menggunakan bahan alumuniu, batik tulis klasik yang menggunakan canting, serta batik tulis kontemporer yang menggunakan cara lukis dan canting. Batik kontemporer inilah yang membedakan UMKM Puti Bungsu dengan UMKM Batik lainnya. Hal ini dikarenakan batik kontemporer dibuat dengan mengaplikasikan seni lukis dan skill melukis bebas di dalamnya. Batik kontemporer ini tidak hanya dibuat menggunakan canting, tapi menggunakan berbagai alat lukis seperti kuas, lidi, gundar gigi dan lainnya layaknnya orang melukis di kanvas. Ferry melukis motif batik ini berdasarkan inspirasinya sendiri dengan konsep motif “tribal” sesuai dengan permintaan dari pembeli.
Penjualan dari UMKM Puti Bungsu ini tidak menentu, tergantung berapa banyaknya permintaan pembeli. UMKM Puti Bungsu pemasarannya menawarkan produk mereka dari hotel ke hotel. Untuk motif cap dihargai 250 hingga 300 ribu tergantung motif dan warna. Sedangkan untuk batik lukis kontemporer dihargai 500-600 ribu tergantung permintaan motif dan warna. Batik puti bungsu ini sudah pernah digunakan oleh Dirjen Pajak Pratama Bukittinggi beserta jajaran, Wakil Walikota Bukittinggi beserta istri, karyawan pajak di Bandung, karyawan kantor KPPN Bukittinggi, Bapak Kasmirudin caleg dari partai Golkar dan masyarakat umum.
UMKM kedua yang ada di kelurahan Bukit Cangang adalah Kampoeng Batik Sarumba yang berdiri pada tahun 2022. Para pendiri batik ini dulunya anggota Pordawis Sarumba yang sudah berjalan 3 tahun dan diketuai oleh Donny Fernando. Lalu, anggota pokdarwis mengikuti pelatihan dan perlombaan batik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bukittinggi. Batik Sarumba keluar sebagai juara 1 motif Bukittinggi Minang pada perlombaan tersebut. Sehingga, setelah berunding antaranggota, disepakati untuk memulai mendirikan UMKM Batik Sarumba ini yang diketuai oleh Afrizal. Batik ini berlokasi di Jln. Guguak Panjang No. 34 Bukit Cangang Kayu Ramang.
Hal-hal yang terdapat dalam UMKM ini seluruhnya hasil rundingan bersama, termasuk dengan pembuatan motif-motif batiknya. Batik Sarumba memproduksi batik cap dan lukis menggunakan canting dengan motif Minangabau sebagai motif unggulannya. Sejauh ini, telah terdapat lebih dari 100 motif yang diproduksi oleh UMKM Sarumba, di antaranya yang paling terkenal yaitu motif Bung Hatta, Rumah Gadang, dan Jam Gadang. Cap yang digunakan di desain secara mandiri dan dicetak di Solo. Anggota UMKM Sarumba sekitar 5-10 orang. UMKM Sarumba ini sempat mengikuti pelatihan batik ke solok dan solo.
Dalam sehari, UMKM ini dapat memproduksi 30 kain batik cap dengan pekerja 3 sampai 4 orang. Untuk satu helai kain bati cap dihargai 200 ribu, batik canting dihargai 450 ribu per helainya, dan Bati Tanah Liek dibandrol harga sampai 1 juta per helainya. Tinggi rendahnya harga kain batik ini disesuaikan dengan teknik, lama waktu pembuatan serta harga bahan-bahan untuk membuatnya. Motif dari batik Sarumba ini lebih beragam dan mengikuti trend, sehingga disenangi oleh segala kalayak umum dan bisa dipakai sebagai pelengkap pakaian sehari hari. UMKM Batik Sarumba menerima pesanan request ataupun bisa dibeli sudah jadi batiknya.
Anggota Batik Sarumba pernah mengikuti pelatihan membatik di Solo, Jawa Timur, dan di Solok, Sumatera Barat. Pelatihan ini mereka ikuti untuk mempertajam skill anggota dalam membantik serta mencari inovasi baru yang dapat diterapkan dalam memproduksi maupun mempromosikan Batik Sarumba. Selain itu, UMKM ini juga melakukan pemberdayaan Ibu-Ibu PKK dengan memberikan pelatihan membatik. Tidak hanya itu, UMKM ini juga membuka paket pelatihan untuk siswa maupun masyarakat umum yang ingin belajar cara membatik.