Berada di pinggiran Ngarai Sianok, kelurahan ini memiliki berbagai peninggalan sejarah-budaya yang mencerminkan perjalanan sejarah masyarakat Bukit Cangang dari periode Kolonial hingga Perang Dunia yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Salah satu objek bersejarah dan budaya yang menonjol adalah Rumah Gadang Suku Jambak yang terletak di Jl. Haji Agus Salim No. 42, RT 01 RW 01, Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang. Rumah gadang ini memiliki sejarah panjang sekitar 300 tahun dan masih terawat dengan baik. Selain itu, SD Negeri 07 Teladan di Jalan Panorama No. 12 A, Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang, Kecamatan Guguk Panjang, juga menjadi bangunan bersejarah di bidang pendidikan. Pada masa kolonial, bangunan ini berfungsi sebagai sekolah rakyat yang tentunya menjadi bagian integral dari sejarah lokal pada masa sekarang. Diperkirakan dibangun antara tahun di awal tahun 1900-an, sekolah ini mencerminkan gaya arsitektur art deco yang khas pada era tersebut.

SMPN 1 Bukittinggi, didirikan pada tahun 1910 sebagai Holland Inlandsche School (HIS), menjadi salah satu objek bersejarah yang patut diperhatikan. Demikian pula, Gereja Katolik yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Bukit Cangang, Kecamatan Guguk Panjang, dan SD Franciscus yang berada dalam kompleks lokasi yang sama dengan gereja, turut memberikan kontribusi sebagai situs bersejarah yang signifikan. Masyarakat di wilayah ini juga memiliki pengalaman sejarah selama Perang Dunia Kedua, yang dapat dibuktikan dengan adanya situs Bangker Jepang yang berada di kelurahan ini.

Dalam konteks ekonomi lokal, kegiatan kerajinan membatik khas Kota Bukittinggi sedang tumbuh pesat. Masyarakat yang terlibat dalam kerajinan batik ini tergabung dalam UMKM dengan nama Batik Puti Bungsu dan Batik Sarumba. Secara keseluruhan, Kota Bukittinggi dengan Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramangnya tidak hanya menyimpan warisan sejarah dan budaya yang kaya, tetapi juga menjadi pangkalan bagi perkembangan ekonomi lokal melalui kegiatan UMKM yang beragam.