SD Fransiskus menjadi salah satu peninggalan sejarah pendidikan periode Kolonial Belanda yang terdapat di Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang, Kota Bukittinggi. Sekolah yang dibangun pada tanggal 1 Mei 1928 ini didirikan oleh salah seorang pastor Belanda untuk memberikan pendidikan pada pribumi. Pembangunan sekolah ini masih berhubungan dengan pendirian gereja St Petrus Clever setahun sebelumnya. Nama Fransiskus diambil dari nama sosok seorang Santo di Katolik bernama Santo Fransiscus. Semasa hidupnya, Fransiscus bertugas menjadi pelindung sekolah. Maka diharapkan dengan memakai nama Fransiscus, murid-murid sekolah ini bisa meneladani sifat Fransiscus tersebut.
Pada awal pendiriannya, tenaga pengajar Sekolah Rakyat Setia merupakan suster-suster dari Gereja St Petrus Clever. Hal inilah yang membedakannya dengan sekolah rakyat lainnya. Selain itu, sistem pembelajaran SR Setia telah menggunakan Batuli (Batu Tulis) yaitu media tulis berbahan batu yang dipipihkan dan dibingkai dengan kayu yang digunakan untuk menuliskan huruf-huruf dan angka-angka. Sedangkan alat tulisnnya juga berupa batu yang dibentuk seperti sebuah pena.
Berikut nama-nama kepala sekolah dari SR Setia hingga SD Fransiscus:
Kini, SD Fransiscus telah menjadi bagian dari cagar budaya Sumatera Barat. Bangunan ini masih berdiri kokoh di belakang Gereja Katolik St Petrus Clever dan merupakan bagian dari kompleks gereja. Meskipun telah dilakukan pemugaran, namun pemerintah dan pihak sekolah tidak mengubah warna, bentuk bangunan bahkan ubin lantainya. Di SD ini juga ditemukan sebuah lonceng sekolah yang masih difungsikan sebagai tanda awal dan akhir kegiatan belajar. Semua itu tetap dijaga sesuai dengan kondisi asli SD yang mencerminkan arsitektur kolonial pada masa lampau.