Gereja Paroki St Petrus Claver

Location

Jendral Sudirman no 67, Kelurahan Bukit Cangang, Kecamatan Guguk Panjang,

Explore Tours

Gereja Katolik ini beralamat di jalan Jendral Sudirman no 67, Kelurahan Bukit Cangang, Kecamatan Guguk Panjang, dengan luas bangunan mencapai 504 m2. Komplek gereja ini memiliki luas tanah sebesar 6.200 m2 yang di dalamnya berdiri tiga blok bangunan yaitu bangunan gereja berada di tengah dengan ukuran 28 x 18 m, gedung kepastoran di sebelah kanan gereja dan Biara di sebelah kiri gereja. Meskipun secara arsitektural tidak banyak berubah, namu beberapa komponen telah mengalami penggantian, terutama pada jendela-jendela kaca.

Pada mulanya, gereja ini dibangun semi permanen dengan beratapkan ijuk. Berdasarkan data Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat, gereja ini telah mengalami beberapa kali kerusakan akibat bencana kebakaran serta gempa Padang Panjang tahun 1926 113 yang menyebabkan bangunan gereja rusak parah dan perlu dilakukan pembangunan kembali. Setahun setelah gempa, pembangunan pastorian selesai dan gereja menyusul setelahnya. 114 Pembangunan ini dilangsungkan oleh pemerintahan Belanda pada saat itu bersamaan dengan pembangunan wilayah disekitar gereja mulai dari bangunan didepan gereja, kantor Polisi, Kodim, dan perumahan perwira Kodim. Bangunan Gereja ini masih berdiri kokoh hingga saat ini dan tidak ada yang berubah bangunannya.

Gereja ini realisasi arsitektur kolonial yang klasik dengan ciri-ciri yang mencolok. Bangunan gereja memiliki tembok yang tinggi didukung oleh kolom-kolom yang kokoh, menciptakan kesan megah dan kuat, sejalan dengan gaya arsitektur kolonial. Jumlah jendela yang besar dan banyak memberikan pencahayaan alami yang memadai di dalam ruangan, menciptakan atmosfer terang dan terbuka yang sesuai untuk tempat ibadah. Menara lonceng tinggi di salah satu sisi gereja menjadi elemen khas arsitektur kolonial. Selain itu, loteng gereja dihiasi dengan ukiran-ukiran artistik yang memberikan detail dan keindahan tambahan pada struktur bangunan, mencerminkan perpaduan antara elemen agama dan keunikan budaya setempat. Interior gereja didesain tanpa pembatas dengan plafon lengkung berbahan tembok beton dan dihiasi dengan motif bunga. Bagian depan bangunan dilengkapi dengan balkon untuk para jemaat, sementara bagian belakang memiliki kamar-kamar yang digunakan untuk persiapan kebaktian.

Gereja Santo Petrus Claver Bukittinggi ini ditetapkan oleh Keuskupan Padang sebagai tempat ziarah Bunda Maria. Jadi setiap bulan Oktober di minggu kedua, berdatangan umat Katolik dari kota lain untuk berziarah ke gereja ini sebagai bentuk penghormatan kepada Maria Ratu Rosary yang amat suci. Pada tahun 1967, dikirimlah sebuah patung Bunda Maria yang terbuat dari kayu utuh dari Italia Utara, dimana patung ini hanya ada dua di dunia. Alasan Bukittinggi ditetapkan sebagai tempat ziarah Bunda Maria karena pada saat itu alam Bukittnggi salah satu yang terbagus.

Pada masa pendudukan Jepang, mereka mengusir para pastor dan suster-suster Belanda tersebut dari kawasan gereja. Mereka pun mengalifungsikan bangunan gereja menjadi gedung pemerintahan. Mereka juga membakar dokumen-dokumen gereja akibat ketidaksukaannya dengan orang-orang Belanda tersebut. Sehingga, ketika Jepang mengambil alih kepemimpinan, semua yang bersangkut paut dengan Belanda dihilangkan. Setelah Jepang kalah, fungsi bangunan Gereja sebagai tempat ibadah umat Katholik dihidupkan kembali dan terus berlangsung hingga kini.

Pada tahun 1984, terjadi perubahan signifikan pada elemen bangunan ketika jendela-jendela asli yang menggunakan kaca patri digantikan dengan kaca modern, lebih tepatnya kaca Ray-Ban. Atap gereja menggunakan seng, dan menara di kanan depan bangunan berfungsi sebagai tempat lonceng. Gereja Katholik ini tidak hanya merupakan tempat ibadah yang penting tetapi juga menyimpan sejarah yang kaya, mencerminkan perjalanan panjangnya sejak awal pembangunan hingga transformasi dan pemugaran yang telah dialaminya selama bertahun-tahun. Meskipun mengalami berbagai perubahan, gereja ini tetap menjadi pusat spiritual bagi umat Katholik di wilayah tersebut. Suster-suster pertama di Gereja ini didatangkan dari Belanda, seiringan dengan dijadikannya umat Katolik Indonesia menjadi daerah Misi. Pada tahun 1973, Vatikan menentukan gereja Katolik Indonesia bukan lagi daerah Misi, sehingga Gereja Katolik Indonesia mengalami kebingungan karena tidak adanya lagi para Misionaris yang didatangkan dari Belanda. Akhirnya, dengan munculnya kebijakan ini mulai muncul para Pastor dan Suster dari Indonesia. Pada saat ini Pastor di Bukittinggi bernama Pastor Manuel Sanchez Gutierrez berasal dari Mexico, Ordo Serikat Xaverian.117

Seiring dengan pertumbuhan umat Katolik yang ada, maka semakin banyak muncul kebutuhan di bidang pendidikan anak-anak. Sehingga Suster dari belanda mendirikan sebuah sekolah tingkat dasar mulai dari TK dan SD. Lalu berlanjut ke tingkat SMP. Pada masa kolonial, pendeta didatangkan dari Belanda. Namun pada tahun 60-an diganti dengan orang-orang dari Italia. Gereja Katolik itu mengacu ke Roma yang pusatnya Vatikan. Gereja ini dibawah keuskupan Padang yang meliputi Sumatera Barat, Riau darat dan sedikit Jambi (Kayu Aro). Idealnya satu Paroki atau Gereja itu memiliki satu Pastor, namun pendeta di Bukittinggi ini ada dua, karena harus melayani selain daerah Bukittinggi itu juga melayani Batusangkar, Padang Panjang, dan Payakumbuh. Suster di Paroki ini ada 2 hingga 3 orang suster.

Suster yang ada di Gereja ini awalnya mempunyai tugas dibidang kesehatan dan punya pelayanan pengobatan berupa Poliklinik. Namun karena sekarang sudah banyak rumah sakit di Bukittinggi, Poliklinik ini jadi kalah saing. Hal ini menyebabkan Suster membuka jasa penitipan Balita sejak tahun 1986. Selain itu suster juga mengurusi bidang pendidikan sehingga ketika Tk dan SD pertama berdiri, kepala sekolanya adalah Suster.


Location

Amazing places to relax

Travel Journey Begins Here

back top